Kehilangan Motivasi Ketika Mendalami Ajaran Buddha
Ijin bertanya ya kepada group ini, saya didalam agama Buddha yang benar benar memahami ajaran kebaikan dan cinta kasih ini, saya makin kesini dan keseharian saya merasa kok diri makin tidak semangat untuk hidup ya merasa ya sudah biarkan saja toh ujungnya adalah kematian yang kita akan hadapi.
Lain halnya dengan agama sebelah yang mungkin mempunyai firman ketuhanan yang bisa memberikan iman sendiri dan semangat hidup bersama sehingga dapat termotivasi hidupnya
Adakah agama Buddha menunjukan motivasi hidup yang sama dengan firman Tuhan dari agama sebelah.
Pertanyaan dari grup Facebook : Anda Bertanya Buddhis Menjawab
Jawaban Saya:
Justru sebaliknya, seharusnya semakin Anda memahami ajaran Buddha, semakin semangat hidup Anda.
ada 2 jalan besar yang harus dipilih dalam menjalankan Dhamma ini:
1. sebagai perumah tangga
2. sebagai samana
2 jalan ini sangat berbeda praktiknya. karena kita ada di jalan yang pertama maka akan kita diskusikan yang pertama.
Anjuran Sang Buddha untuk seorang perumah tangga ada dalam Sigalovada Sutta,
Berisi panduang bagaimana kewajiban seseorang dalam menghormati 6 arah, cara hidup bagaimana, dll.
Selanjutnya ketika mengerti pandangan benar, bagaimana 4 kebenaran mulia, 3 corak kehidupan, hukum kamma, dan paticcasamuppada. Maka kita akan melihat kehidupan sebagaimana adanya juga. Sejauh saya merenungkan ini dan berlatih meditasi, saya malah tambah semangat dalam kehidupan. Semangat untuk praktik Dhamma lebih dalam.
Ketika Anda memahami cinta kasih dan kebaikan, untuk melakukan kebaikan dan cinta kasih ini butuh usaha. Sebagai perumah tangga harus bekerja untuk bisa hidup. Bahkan untuk membantu sesama, harus berjuang lebih banyak lagi. Justru ini akan membuat kita lebih bersemangat dalam bekerja dan berjuang dalam kehidupan, bukan malah sebaliknya.
Adalah benar, setiap kelahiran akan berakhir dengan kematian. Namun bukan berarti kita terima beres, kita ini setelah kematian itu masih akan terlahir lagi. Ingat ini, “Kita belum selesai”, kematian bukan akhir dari perjalanan ini. Kita justru harus mencapai keadaan “tanpa kematian” (Nibbana). Lah karena menyadari hal ini, maka dari itu kita harus lebih keras dalam berjuang dan lebih semangat lagi dalam praktik kebajikan dan meditasi. Karena kita ga tau, kapan kita akan sampai dan selesai (mencapai Nibbana). Perjalanan masih panjang, bekal juga belum cukup. Kalau pasrah dan diam saja, tidak akan kemana-mana (masih bagus), atau malah jatuh ke alam bawah (tambah jauh lagi perjalanan). Oleh karena itu, jika kita memahami hal ini, justru menjadi api semangat bagi diri kita dalam berjuang dalam kebajikan dan praktik Dhamma.
Namun, jika jalan pertama belum cocok dengan style Anda, Anda masih bisa pilih jalan kedua, sebagai seorang samana. Tentu saja, dasarnya bukan karena pandangan kalau hidup ini tinggal menunggu kematian saja. Tapi karena pandangan bahwa “saya harus segera mengakhiri Dukkha ini dan menjalankan jalan menuju lenyapnya Dukkha”. Nah kalau dasar nya ini, saya dukung Anda 100% untuk menjadi samana. Sebab jarang ada orang yang ingin melepaskan keduniawian ini.
Semoga bermanfaat, Semoga Anda berbahagia dan bisa bersemangat, serta berjuang lebih keras